Minggu, 14 Juli 2013

PROFIL ULAMA




KR ZAINUDIN SYAFI’I

      KR Zainudin Syafi’i dikenal sebagai salah satu ulama besar . Beliau lahir di desa Wonokromo , Jegeran , Bantul . Tahun 1903 beliau memulai pendakiannya di pesantren saat masih berusia 13 tahun , setelah lebih dulu belajar kepada ayahnya sendiri .

      Awalnya beliau berguru kepada Kyiai Ibrahim di pesantren Lerap , Kebumen . Beberapa tahun kemudian beliau pindah ke pesantren besar lain , yaitu di pesantren Termas , Pacitan , Jawa Timur . Di Termas ini beliau mendapat julukan Kyiai Jangkrik karena kegemaran beliau mencari jangkrik . Setelah itu beliau masih melakukan pengembaraan nyantri di berbagai pondok pesantren hingga beliau berumur 31 tahun , sebelum akhirnya beliau menikah dengan Shofiyah , putri Mbah Siroj , pengasuh pondok pesantren Maron
Setelah menikah , beliau menetap di Maron dan dikaruniai dua orang putra yakni K.Chasanudin dan Nyai Chalimah . Setelah itu beliau diminta kembali ke Jogja . Namun itu tidak lama karena hanya 2 bulan kemudian beliau kembali ke Maron . Sekembalinya dari Jogja beliau dikaruniai putra lagi yaitu KHR .Chamid , serta kepengurusan pondok diserahkan oeh Mbah Ghozali kepada beliau . Simbah Ghozali berniat untuk lebih berkonsentrasi mengabdi kepada masyarakat .

Mempertahankan Sistem Klasik
         Setela kepengasuhan pondok pesantren diserahkan kepada Mbah Zen , beliau tetap mempertahankan metode salaf dengan mengajarkan berbagai faham ilmu yang sedikit banyak terpengaruh dari tempat-tempat beliau nyantri dulu . Sebut saja ilmu fiqih yang condong ke pondok Termas . Ilmu nahwu dan Shorof berkiblat pada pondok pesantren Lerab,Kebumen . Di bidang Thariqah beliau mendapat pengalaman dari pondok pesantren Simbah Nawawi  Jogjakarta dan pada bidang tasawuf beliau berkiblat pada pesantren Simbah Dalhar Watucongol , Magelang .
       Namun , bukan hanya ilmu syariat saja yang beliau ajarkan . adab dan tata krama pun beliau ajarkan langsung dengan keseharian beliau yang sering menggunakan bahasa krama meski terhadap santri . Pada keluarganya pun beliau selalu mengajarkan pola hidup sederhana . Tahun demi tahun dijalani oleh Mbah Zen dan Nyai Shofiyah dengan kesederhanaan dari hasil kebun dan sawah dan ditambah dari hasil usaha reparasi jam .
       Tahun 1950 beiau mulai mendirikan bai’atan thariqahyang diambil dari kakak beliau yaitu Simbah Kyai Nawawi , yaitu thariqah syatoriah . Thariqah yang sangat cocok untuk masyarakat karena wiridnya tidak banyak . Thariqah ini dipopulerkan oleh Syekh Ahmad Qusyasy yang dibawa dari India . Selama mengasuh pesantren , beliau dikenal santri dan masyarakat sebagai ahli thariqah dan juga ahli tirakat . Bahkan selama 10 tahun beliau tidak memakan nasi .
        Dari pernikahannya dengan Nyai Shofiyah beliau dikaruniai 10 orang putra yakni KR Chasanudin , Ny Chalimah , KHR Chamid , KR Chabib , Ny Hamidah , KHR Charist , Ny Hasyimah , Ny Asiyah , dan yang terakhir yakni KR Hisyam . Putra-Putra beliau yang masih hidup seperti KHR Charist dan KR Hisyam masuk dalam dewan penasihat pondok pesantren Maron sampai sekarang .

Kejadian-Kejadian Unik
  
       Diceritakan suatu ketika KR Zainudin sedang melayat . Oleh pemilik rumah beliau dipersilahkan duduk di serambi depan dekat dengan jenazah . Tak lama kemudian pemilik rumah kaget karena melihat Mbah Zen berbicara sendiri yang setelah diperhatikan ternyata beliau berbicara dengan arwah jenazah tersebut . Bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau pernah berbicara dengan Syekh Abdul Qadir Al Jaelani .
Pengalaman lain adalah ketika beliau sedang mengajarkan kitab Bukhari kepada para santrinya . Sewaktu akan melanjutkan ke halaman berikutnya ternyata kitabnya hilang satu khurasan . Beliau lantas tidak berhenti dan tetap melanjutkan seakan beliau sudah hafal betul kitab tersebut .
       
Waktu masih mondok di Termas beliau memiliki pengalaman menarik ketika beliau sedang ketiduran ba’da subuh . Beliau bermimpi didatangi oleh sahabat Abu Bakar sambil tersenyum . Setelah itu menghilang , lalu kemudian didatangi oleh Umar bin Khattab lalu berurutan Utsman dan Ali . Sahabat Ali berbicara :” jangan bangun dulu , sebentar lagi kanjeng Nabi Muhammad SAW .”Ternyata Nabi Muhammad benar-benar datang dan bersalaman dengan beliau . Setelah kejadian itu tangan dan tempay beliau ketiduran harum selama 40 hari .
       Kejadian unik lain yang diceritakan oleh cucunya adalah bahwa Mbah Zen pernah menolong seekor macan di hutan . Sebagai balas budi macan itu mendatangi kediaman beliau dan memberi seekor kidang yang telah mati . Mbah Zen menolaknya dan beralasan bahwa binatang itu sudah mati dan tidak bisa dimakan . Sehari setelahnya , macan itu memberi lagi kidang yang masih hidup dengan dipatahkan kakinya .
Ada cerita juga bahwa ketika Mbah Zen menemukan persoalan yang rumit , beliau akan menanyakan langsung kepada muallif kitabnya . Bahkan ada yang menceritakan bahwa beliau pernah mengaji kepada Nabi Khidir .

        Mbah Zen wafat pada usia 75 tahun , menyebabkan rasa kehilangan yang luas bagi santri dan masyarakat Maron ke umumnya . Pada masa kepemimpinan beliau pondok Maron mengalami banyak perkembangan . Khoul Mbah Zen diselenggarakan setiap tanggal 22 Jumadil Ula .
        Mbah Zen kini dimakamkan di Desa Solotiyang , Loano, Purworejo dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat sekitarnya dan menjadi simbol ulama besar yang layak diteladani.