KR ZAINUDIN
SYAFI’I
KR Zainudin Syafi’i dikenal sebagai salah satu ulama besar .
Beliau lahir di desa Wonokromo , Jegeran , Bantul . Tahun 1903 beliau memulai
pendakiannya di pesantren saat masih berusia 13 tahun , setelah lebih dulu
belajar kepada ayahnya sendiri .
Awalnya beliau berguru kepada Kyiai Ibrahim di pesantren
Lerap , Kebumen . Beberapa tahun kemudian beliau pindah ke pesantren besar lain
, yaitu di pesantren Termas , Pacitan , Jawa Timur . Di Termas ini beliau
mendapat julukan Kyiai Jangkrik karena kegemaran beliau mencari jangkrik .
Setelah itu beliau masih melakukan pengembaraan nyantri di berbagai pondok
pesantren hingga beliau berumur 31 tahun , sebelum akhirnya beliau menikah
dengan Shofiyah , putri Mbah Siroj , pengasuh pondok pesantren Maron
Setelah menikah , beliau menetap di Maron dan dikaruniai dua
orang putra yakni K.Chasanudin dan Nyai Chalimah . Setelah itu beliau diminta
kembali ke Jogja . Namun itu tidak lama karena hanya 2 bulan kemudian beliau
kembali ke Maron . Sekembalinya dari Jogja beliau dikaruniai putra lagi yaitu
KHR .Chamid , serta kepengurusan pondok diserahkan oeh Mbah Ghozali kepada
beliau . Simbah Ghozali berniat untuk lebih berkonsentrasi mengabdi kepada
masyarakat .
Mempertahankan Sistem Klasik
Setela kepengasuhan pondok pesantren diserahkan kepada Mbah
Zen , beliau tetap mempertahankan metode salaf dengan mengajarkan berbagai
faham ilmu yang sedikit banyak terpengaruh dari tempat-tempat beliau nyantri
dulu . Sebut saja ilmu fiqih yang condong ke pondok Termas . Ilmu
nahwu dan Shorof berkiblat pada pondok pesantren Lerab,Kebumen . Di bidang
Thariqah beliau mendapat pengalaman dari pondok pesantren Simbah Nawawi Jogjakarta dan pada bidang tasawuf beliau
berkiblat pada pesantren Simbah Dalhar Watucongol , Magelang .
Namun , bukan
hanya ilmu syariat saja yang beliau ajarkan . adab dan tata krama pun beliau
ajarkan langsung dengan keseharian beliau yang sering menggunakan bahasa krama
meski terhadap santri . Pada keluarganya pun beliau selalu mengajarkan pola
hidup sederhana . Tahun demi tahun dijalani oleh Mbah Zen dan Nyai Shofiyah
dengan kesederhanaan dari hasil kebun dan sawah dan ditambah dari hasil usaha
reparasi jam .
Tahun 1950
beiau mulai mendirikan bai’atan thariqahyang diambil dari kakak beliau yaitu
Simbah Kyai Nawawi , yaitu thariqah syatoriah . Thariqah yang sangat cocok
untuk masyarakat karena wiridnya tidak banyak . Thariqah ini dipopulerkan oleh
Syekh Ahmad Qusyasy yang dibawa dari India . Selama mengasuh pesantren , beliau
dikenal santri dan masyarakat sebagai ahli thariqah dan juga ahli tirakat .
Bahkan selama 10 tahun beliau tidak memakan nasi .
Dari
pernikahannya dengan Nyai Shofiyah beliau dikaruniai 10 orang putra yakni KR
Chasanudin , Ny Chalimah , KHR Chamid , KR Chabib , Ny Hamidah , KHR Charist ,
Ny Hasyimah , Ny Asiyah , dan yang terakhir yakni KR Hisyam . Putra-Putra
beliau yang masih hidup seperti KHR Charist dan KR Hisyam masuk dalam dewan
penasihat pondok pesantren Maron sampai sekarang .
Kejadian-Kejadian
Unik
Diceritakan
suatu ketika KR Zainudin sedang melayat . Oleh pemilik rumah beliau
dipersilahkan duduk di serambi depan dekat dengan jenazah . Tak lama kemudian
pemilik rumah kaget karena melihat Mbah Zen berbicara sendiri yang setelah
diperhatikan ternyata beliau berbicara dengan arwah jenazah tersebut . Bahkan
ada yang mengatakan bahwa beliau pernah berbicara dengan Syekh Abdul Qadir Al
Jaelani .
Pengalaman
lain adalah ketika beliau sedang mengajarkan kitab Bukhari kepada para
santrinya . Sewaktu akan melanjutkan ke halaman berikutnya ternyata kitabnya
hilang satu khurasan . Beliau lantas tidak berhenti dan tetap melanjutkan
seakan beliau sudah hafal betul kitab tersebut .
Waktu masih
mondok di Termas beliau memiliki pengalaman menarik ketika beliau sedang
ketiduran ba’da subuh . Beliau bermimpi didatangi oleh sahabat Abu Bakar sambil
tersenyum . Setelah itu menghilang , lalu kemudian didatangi oleh Umar bin
Khattab lalu berurutan Utsman dan Ali . Sahabat Ali berbicara :” jangan bangun
dulu , sebentar lagi kanjeng Nabi Muhammad SAW .”Ternyata Nabi Muhammad
benar-benar datang dan bersalaman dengan beliau . Setelah kejadian itu tangan
dan tempay beliau ketiduran harum selama 40 hari .
Kejadian unik
lain yang diceritakan oleh cucunya adalah bahwa Mbah Zen pernah menolong seekor
macan di hutan . Sebagai balas budi macan itu mendatangi kediaman beliau dan
memberi seekor kidang yang telah mati . Mbah Zen menolaknya dan beralasan bahwa
binatang itu sudah mati dan tidak bisa dimakan . Sehari setelahnya , macan itu
memberi lagi kidang yang masih hidup dengan dipatahkan kakinya .
Ada cerita
juga bahwa ketika Mbah Zen menemukan persoalan yang rumit , beliau akan
menanyakan langsung kepada muallif kitabnya .
Bahkan ada yang menceritakan bahwa beliau pernah mengaji kepada Nabi Khidir .
Mbah Zen wafat pada usia 75 tahun , menyebabkan rasa
kehilangan yang luas bagi santri dan masyarakat Maron ke umumnya . Pada masa
kepemimpinan beliau pondok Maron mengalami banyak perkembangan . Khoul Mbah Zen
diselenggarakan setiap tanggal 22 Jumadil Ula .
Mbah Zen kini dimakamkan di Desa Solotiyang , Loano, Purworejo dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat sekitarnya dan menjadi simbol ulama besar yang layak diteladani.
0 komentar:
Posting Komentar